Kampus ITS, ITS News – Dengan total kepemilikan lebih dari 17 ribu pulau, Indonesia masih dihadapkan pada tidak meratanya pembangunan daerah pesisir. Melalui Sustainable Island Development Initiatives (SIDI),  Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berupaya mempercepat pemerataan pembangunan melalui pengembangan pulau kecil.

Dr Ing Setyo Nugroho, Sekretaris SIDI menjelaskan, program yang digagas oleh dosen dan peneliti ITS ini, sebagai tanggapan atas mandat Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada perguruan tinggi untuk mengembangkan pulau kecil di Indonesia.  Berbentuk penelitian dan pemberdayaan masyarakat, SIDI mewujudkan sumbangsih ITS untuk membangun pulau. “Ppengembangan ini didasarkan pada 3P, yakni people, planet, and profit,” ujarnya.

Setyo sapaan akrabnya melanjutkan, people berarti pembangunan yang dapat memberdayakan masyarakat. Sedangkan planet berorientasi pada eksekusi dan kebijakan yang ramah lingkungan. Saat keduanya sudah dipenuhi, tujuan untuk memberdayakan ekonomi masyarakat pulau sesuai dengan profit diharapkan dapat tercapai. “Ketiga prinsip ini dikenal pula sebagai ekonomi biru,” ujarnya. 

Program ini merupakan serangkaian kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat, sebagai sumbangsih pemikiran dan inovasi ITS untuk turut serta membangun pulau. Dr Ing Setyo Nugroho, Sekretaris SIDI menjelaskan bahwa pembangunan yang dilakukan didasarkan pada tiga pilar yang biasa disebut dengan 3P, yakni akronim dari people, planet, and profit. “Tiga pilar inilah yang merupakan keberlanjutan itu sendiri,” ungkapnya.

Sustainable Island Development Initiatives (SIDI), Inisiatif ITS Kembangkan Pulau-Pulau Kecil di Indonesia (sorce : sidi.its.ac.id )

Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) tersebut menerangkan, punggawa SIDI, baik itu dosen, peneliti, maupun mitra dari Jerman berangkat dari disiplin ilmu yang berbeda-beda. Tak hanya itu, SIDI turut mengajak mahasiswa bergabung melalui program Student Research and Development Team (SR&DT). “Karena kita sadar, mengembangkan pulau itu melibatkan banyak aspek,” tuturnya.

Pendirian SIDI sendiri ditandai dengan perjanjian kerjasama antara ITS, Wismar University of Applied Science Jerman, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Pemerintah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Bertepatan dengan Dies Natalis ITS yang ke-52 pada 10 November 2012. SIDI kemudian mengadopsi dua pulau kecil, yakni Pulau Poteran di Kabupaten Sumenep dan Pulau Maratua di Kalimantan Timur.

Pengembangan Agroindustri di Poteran

Dalam perjalanannya, SIDI berfokus mengembangkan sektor agribisnis Pulau Poteran yang dikenal sebagai penghasil komoditi pertanian. Melihat potensi wilayah yang masih alami dan jauh dari pencemaran, dipilihlah tanaman kelor sebagai komoditi utama yang dikembangkan. “Pohon ajaib ini memiliki nilai jual tinggi apabila kualitasnya dijaga dengan sistem penanaman organik,” sambung dosen Departemen Teknik Transportasi Laut tersebut.

Merangkul peneliti Departemen Biologi dan Departemen Kimia, tim SIDI melakukan studi mengenai sistem pertanian organik yang akan dikembangkan di Poteran. Selanjutnya, bersama mitra dari Wismar University dan tim SR&DT, dilakukan penanaman sebanyak 45 ribu tanaman kelor. ”Untuk memberdayakan masyarakat Poteran, kita juga merancang alat pembersih dan pengering kelor”, jelasnya.

Desain Pengering dan Pembersih Tanaman Kelor Rancangan Tim SIDI untuk Membantu Memberdayakan Masyarakat Pulau Poteran (source : sidi.its.ac.id )

Pengembangan Berbasis Pariwisata di Maratua

Jika Poteran dikembangkan melalui sektor agribisnis, beda lagi dengan Maratua. Seiring dengan meningkatnya kunjungan wisata Kepulauan Derawan, potensi Pulau Maratua sebagai pulau wisata semakin menuju tren yang positif. Prof Ir Eko Budi Djatmiko MSc PhD, Ketua Pelaksana SIDI menyebutkan, pengembangan Pulau Maratua akan dilakukan sebagai upaya untuk menjadikannya destinasi wisata unggulan.

Eko, sapaan akrab Guru Besar FTK tersebut menuturkan, prinsip keberlanjutan tetap menjadi pilihan SIDI dalam membangun Maratua. Prinsip ini menjadi salah satu upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Selain itu, bertujuan untuk menghindari eksploitasi berlebih yang berujung pada kerusakan lingkungan. “Lingkungan rusak, keindahan yang ditawarkan juga tidak akan bertahan lama,” terangnya. 

Panorama Pulau Maratua, Pulau Adopsi SIDI ITS di Berau, Kalimantan Timur (source : sidi.its.ac.id )

Di pulau yang dikelilingi oleh pasir putih dan hutan mangrove ini, banyak hal yang diteliti dan dikembangkan oleh SIDI. Tak tanggung-tanggung, infrastruktur pendukung pariwisata menjadi sasaran utamanya. Studi konektivitas antar pulau hingga desain bandar udara, penginapan, serta sistem pengelolaan limbah terus dijalankan. “Semua dikembangkan dengan pola hemat penggunaan air, pencahayaan dan penghawaan alami untuk menekan konsumsi energi listrik, serta memanfaatkan material lokal,” paparnya.  

Eko menambahkan, agar tercipta sistem pemenuhan kebutuhan yang ideal untuk pulau Maratua dikembangkan pula sistem pemenuhan energi pulau yang berkelanjutan. Jika sebelumnya elektrifikasi dilakukan menggunakan diesel, kini dikembangkan studi untuk instalasi panel surya dan kincir angin. “Selain dapat menghemat biaya bahan bakar diesel, juga untuk mengurangi emisi karbon,” tutur pria yang pernah menjabat sebagai Dekan FTK ITS tersebut.

Desain Penginapan Ramah Lingkungan yang Dirancang oleh SIDI untuk Maratua (source : sidi.its.ac.id )

Turut Bantu Kembangkan Natuna 

Sukses melakukan pengembangan di Poteran dan Maratua, SIDI tak berhenti begitu saja. Selain terus memantau perkembangan kedua pulau adopsinya, SIDI memiliki kesempatan untuk mengembangkan pulau baru bersama Kementerian Luar Negeri. Mulai tahun 2017, SIDI turut serta dalam pengembangan Pulau Natuna, salah satu pulau yang berada di wilayah perbatasan.

Pulau yang masuk dalam wilayah Provinsi Kepulauan Riau ini memiliki letak cukup strategis, di samping perannya sebagai jalur perdagangan internasional. Tim SIDI pun merumuskan lima gagasan yang terdiri dari infrastruktur digital, solusi digital, diplomasi ilmu pengetahuan, agro-marine, dan Sistem Inovasi Daerah (SIDa). “Kelima program tersebut akan berjalan hingga 2020 mendatang,” ungkap Eko.

Student Research and Development Team (SR&DT) Maratua Batch 2, Mahasiswa yang Turut Menjadi Bagian SIDI dalam Pengembangan Pulau Maratua (source : sidi.its.ac.id )

Tetapkan Langkah ke Depan

Segala inisiatif yang telah dibangun oleh SIDI sejak tahun 2012 menjadi langkah awal untuk membangun kepulauan Indonesia di masa mendatang. Studi dan riset yang dilakukan di tiga pulau kecil tersebut telah dibawa ke berbagai penjuru dunia dalam puluhan konferensi. Berangkat dari sini, SIDI bersama ITS akan terus melanjutkan prakarsa pengembangan pulau-pulau tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). 

Bentuk keseriusan niat ini dikukuhkan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara ITS dengan Kementerian Desa. Melalui kesepahaman yang dilakukan tepat setelah gelaran SIDI International Conference September lalu, kin ITS tergabung dalam Forum Perguruan Tinggi untuk Desa. Dan, inilah bakti ITS untuk negeri, berkomitmen untuk terus menyambung langkah, membangun pulau-pulau kecil di Indonesia. (yus/hen)

Sumber: https://www.its.ac.id/news/2019/11/22/bakti-kami-untuk-negeri-melalui-sidi-its-kembangkan-pulau-kecil-indonesia/ (diakses tanggal 25 November 2019)

  ​    

 

 

 

Sustainability seems to be a catching word phrase these days. It is an increasingly popular issue to be addressed. It is both necessary and challenging.

 

 

 

 

 

 

 

Secondly the nature of Indonesia with thousands of islands, we have not paid attention at their issues accordingly. We failed to elevate/highlight them proportionally. We, Sustainable Island Development Initiatives (SIDI) conduct an array of multidisciplinary research programs in collaboration with industry, government, and universities to contribute in addressing small island challenges in the hope to manifest it into wealth of the population in a sustainable way.

Student Research and Development Teams for Small Islands (SR & DT) is a research program between Wismar University of Applied Sciences and Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) funded by the German Academic Exchange Service (DAAD) since 2013. Within this program two teams of students of various disciplines from Germany and Indonesia conduct a research on Maratua island (Berau, East Kalimantan) and Poteran island (Sumenep, East Java).

Maratua island is an island in Makassar Strait with huge marine diversity and very popular marine touristic destination. This island is surrounded by some 14 tiny islands where resorts heve been built and are in operations. The population in the main island Maratua face huge challenges in nearly all aspects of life, from energy, healthcare, education, environment till transportation.

Poteran island is located eastern off Sumenep district. The island has an area of xxx km2, has huge potential for moringa oliviera and seaweed cultivation and processing. The research is designed to help monitize the above potential through developing organic moringa oliviera and seaweed farming and processing complying international standards.

Objectives of Workshop

The purpose of workshop is to diseminate the results of the research in the past three years. The goal is to highlight the importance of developing small islands in a sustainable way. The Workshop serves also as dialogue platform to raise the awareness and to elevate the small island issues to a new height.

Agenda

1.       The event will be held:

Day/ Date            : Wednesday, 30 November 2016

Venue                  : Hotel MAJAPAHIT, Jalan Tunjungan 65, 60275 Surabaya

2.       Rundown:

-  13.00-14.00        : Registration & Coffee

  14.00-14.15        : Opening

  14.15-16.00        : Sesion 1

·   Prof. Eko Budi Djatmiko

·   Prof. Norbert Gruenwald

·   Keynotes Speakers

  16.00-16.30        : Coffee & Tea break

  16:30-18:15        : Sesion 2

·   SIDI Strategy & Perspectives (Yogya message, profile)

·   Research Results by SR&DT batch 3 students (Maratua & Poteran)

·   Industry voice / views (ID& DE)

  18:15-18:30        : Closing

  18.30                    : Dinner

Begitu banyak potensi yang dapat digali dari pulau yang terletak di Kepulaun Derawan, Kalimantan Timur ini. Selama kurang lebih sembilan bulan lamanya, Student Research and Development Team (SRDT) ITS pun ditugaskan untuk meneliti keberlanjutan pengembangan pulau ini. Dan pada Kamis (5/11) merupakan sesi presentasi terakhir tim memapakarkan hasil kerjanya. Lantas, apa yang sudah SRDT Tim Maratua capai di akhir penugasannya?

Pulau Maratua memiliki keunggulan di bidang potensi bahari yang patut dibanggakan. Sebab, dengan anugerah tersebut, secara tidak langsung akan berdampak pada masyarakat sekitar pulau Maratua. Kehadiran program Sustainable Island Development Initiatives (SIDI) Week ini pun, diharapkan dapat mengatasi berbgaai masalah disana dan melakukan inovasi guna pengembangan Maratua.  

Terdapat empat bidang yang disorot oleh tim beranggotakan lima mahasiswa ini yakni atraksi, transportasi, akomodasi, dan energi. Pada atraksi misalnya, pada kondisi sekarang, berbagai bentuk atraksi, pertunjukan disana tidak saling terintegrasi. Hal ini pun dinilai sulit bagi para turis untuk lebih mengenal potensi atraksi di maratua. "Sebabnya, butuh integrated-map yang terkait satu sama lain," tegas Natassa A, salah satu anggota tim dalam presentasinya.  

Pada bidang transportasi, Devi Samosir yang merupakan mahasiswi Sistem Perkapalan menuturkan, Bike, E-Bike dan E-Pedicab merupakan sarana yang tepat untuk bisa diaplikasikan di Maratua. Dikatakan begitu, sebab, menurutnya infrastruktur yang ada di Maratua sendiri masih sangat minim. "Jadi masih belum bisa menggunakan moda transportasi modern seperti mobil listrik misalnya," jelas Devi.  

Sisi akomodasi yang disoroti adalah ketersedian homestay (tempat tinggal). Sebab, homestay menjadi begitu dibutuhkan ketika para turis mulai berdatangan ke Maratua. Adapun ide desain yang disuguhkan, jelas Gwyn Walesa, anggota tim lain, merupakan adaptasi dari suku bajo dan dayak. "Selain tempat tinggal, juga nantinya akan ada bangunan khusus untuk pusat informasi dan perdagangan," ungkapnya.  

Tak lupa, bidang energi pun menyumbangkan berbagai data yang berhasil dikumpulkan Epri Wahyu, anggota tim yang fokus di bidang ini. Mulai dari kebutuhan listrik per hari masyarakat Maratua hingga konsumsi energi yang digunakan untuk beraktivitas. "Fokus kita saat ini masih menganalisis konsumsi energi," ucapnya kepada ITS Online ketika diwawancarai.  

Lebih lanjut, Epri mengatakan, peran mereka adalah mendapatkan data atraksi, konsumsi energi, transportasi, homestay, dll. Data-data ini nantinya akan digunakan untuk diolah agar kemudian dapat menarik investor.  

Dengan berakhirnya SIDI Week Batch dua ini tidak lantas berhenti pula perjalanan guna meneliti potensi Maratua. Epri pun menuturkan bahwasanya tugas Batch dua hanyalah mematangkan data-data dari Batch satu untuk kemudian dikonsep dan dibuat masterplan-nya. "Hingga luarannyan nanti, lewat sidi ini, kita kasih tahu caranya dalam mengeksplorasi. Supaya pulau-pulau potensial kita tidak lagi terjajah dan dijual ke tangan asing," papar perempuan yang baru saja lulus dari Jurusan Teknik Fisika ITS ini.(owi/akh)

Sumber: http://its.ac.id/berita/15642/en   download : 2015-11-17

Rangkaian SIDI Week September berakhir dengan mengunjungi Gunung Bromo dan galangan kapal yang memproduksi perahu nelayan dengan menggunakan bahan fiber. Perjalanan menuju Gunung Bromo dimulai pada jam 18:00 dari jurusan Teknik Perkapalan kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Berhenti sejenak untuk makan malam bersama di restoran Tempo Doloes dan perjalanan dilanjutkan untuk menuju hotel tempat kami beristirahat. Kami tiba di hotel  pada pukul 00:30 dini hari, lokasi hotel kami sudah masuk dalam kawasan Bromo sehingga suhu udara terasa dingin. Kisaran suhu di Bromo pada musim kemarau adalah 5 – 6 derajat Celcius namun pada saat musim hujan suhu akan terasa sedikit lebih hangat. Menyaksikan matahari terbit adalah hal yang sangat ditunggu bagi para wisatawan ketika berkujung ke Gunung Bromo dan sudah bukan menjadi rahasia bahwa pesona Gunung Bromo adalah salah satu yang terindah di dunia.


Matahari terbit dapat disaksikan wisatawan mulai pukul 04:00 – 04:30, dan perjalanan dari hotel menuju tempat untuk melihat matahari terbit membutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan Jeep.

Selengkapnya...

Sustainable Island Development Institution (SIDI) Week Batch kedua kembali digelar, Kamis (5/11). Acara kerjasama antara Wismar University Jerman dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) kali ini membahas tentang konsep dan analisis mengenai Pulau Maratua dan Pulau Poteran sebagai lanjutan dari batch pertamanya tahun lalu.

Pulau Poteran adalah salah satu pulau potensial yang ada di Madura. Riset tentang Pulau Poteran sebenarnya sudah dilakukan sejak batch satu atau sekitar November tahun lalu. Namun, pada batch kedua ini lebih fokus kepada pengembangan konsep dengan cara menganalisis potensi yang ada pada pulau tersebut. "Di batch dua ini kita ke lapangan sejak bulan Februari," ungkap Afra Basyirah, salah satu peserta dari tim peneliti Poteron dalam acara SIDI Week.

Tim yang beranggotakan sembilan orang tersebut berhasil mempresentasikan hasil final project mereka yang berfokus pada bidang bisnis rumput laut dan pengembangan bubuk Moringa atau pohon Kelor. "Bubuk Moringa memiliki antioksidan yang sangat tinggi dan di luar negeri seperti di Belanda misalnya, dijual dengan harga yang mahal," ujar mahasiswi Jurusan Biologi angkatan 2013 tersebut.

Kemudian, tujuan dari pengembangan bisnis kelor dan rumput laut itu adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah Poteran. Tidak heran apabila proyek ini mengundang minat dari banyak investor.

Lebih jauh, penelitian ini dilakukan step by step. Untuk tahap selanjutnya, akan diadakan open recruitment untuk batch ketiga pada November ini. Setelah pelaksanaan konsep dan analisis kelayakan produksi moringa berkualitas internasional rampung di batch dua ini, batch selanjutnya akan lebih mengarah pada prototype. "Saya berharap acara SIDI ini bisa dikenal mahasiwa ITS, supaya banyak yang mendaftar dan juga saya berharap sekali bisa ikut sampai akhir (batch tiga)," tandas Putu Maharyasa ST, selaku panitia SIDI. (n16/akh)

Sumber: http://its.ac.id/berita/15637/en   download : 2015-11-17