Rangkaian SIDI Week September berakhir dengan mengunjungi Gunung Bromo dan galangan kapal yang memproduksi perahu nelayan dengan menggunakan bahan fiber. Perjalanan menuju Gunung Bromo dimulai pada jam 18:00 dari jurusan Teknik Perkapalan kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Berhenti sejenak untuk makan malam bersama di restoran Tempo Doloes dan perjalanan dilanjutkan untuk menuju hotel tempat kami beristirahat. Kami tiba di hotel  pada pukul 00:30 dini hari, lokasi hotel kami sudah masuk dalam kawasan Bromo sehingga suhu udara terasa dingin. Kisaran suhu di Bromo pada musim kemarau adalah 5 – 6 derajat Celcius namun pada saat musim hujan suhu akan terasa sedikit lebih hangat. Menyaksikan matahari terbit adalah hal yang sangat ditunggu bagi para wisatawan ketika berkujung ke Gunung Bromo dan sudah bukan menjadi rahasia bahwa pesona Gunung Bromo adalah salah satu yang terindah di dunia.


Matahari terbit dapat disaksikan wisatawan mulai pukul 04:00 – 04:30, dan perjalanan dari hotel menuju tempat untuk melihat matahari terbit membutuhkan waktu sekitar 30 menit perjalanan dengan menggunakan Jeep.

Kami harus kembali terjaga setelah istirahat singkat untuk berangkat menuju Pananjakan dengan menggunakan Jeep sebagai kendaraan yang ampuh untuk menaklukkan medan lautan pasir Gunung Bromo. Di puncak pananjakan adalah tempat yang sangat cocok untuk melihat mata hari terbit dan hal ini sudah dapat dipastikan terdapat banyak pengunjung sehingga membuat tempat ini sesak. Setelah menyaksikan matahari terbit dan mengabadikannya hal yang tak kalah cantik ketika alam sudah cerah adalah pemandangan Gunung Bromo, Gunung Batok dan Gunung Semeru menjadi kesatuan yang cantik untuk diabadikan. 
Selain menyaksikan matahari terbit, melihat kawah gunung Bromo seakan menjadi keharusan bagi wisatawan untuk melihat kawah Gunung Bromo. Dengan menggunakan Jeep melewati lautan pasir kembali sampai pada area tempat Jeep berhenti, dan diteruskan dengan berkuda. Berkuda menjadi pengalaman tersendiri bagi para wisatawan dan hal ini dapat membantu bagi mereka yang enggan untuk berjalan menuju puncak kawah Bromo dikarenakan berbagai alasan masing-masing. Banyaknya wisatawan yang berkunjung pada saat itu membuat penuh barisan anak tangga menuju ke kawah sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menuju kawah. Kawah gunung Bromo memiliki lubang yang besar dan menghasilkan suara gemuruh yang hampir mirip dengan suara pesawat terbang.


Tempat menarik lainnya yakni bukit teletubbies, bukit ini seperti yang ada di dalam film serial anak-anak beberapa tahun yang lalu. Bukit-bukit hijau sungguh berbeda dengan Gunung Bromo yang tidak ada tumbuhan sama sekali sehingga suasan di bukit ini lebih tenang. Tidak banyak wisatawan yang mampir untuk menikmati bukit ini sehingga paduan yang tepat yakni bukit hiijau dan sepi setelah berada di pananjakan dan kawah Gunung Bromo yang sesak oleh wisatawan. Tempat selanjutnya yakni pasir berdesir, dinamakan pasir berdesir dikarenakan lautan pasir yang luas dan jika terkena angin maka pasir tersebut akan berdesir dan menghasilkan suara tertentu. Setelah puas berkeliling pada pukul 08:30 kami kembali menuju hotel untuk sarapan dan istirahat sampai dengan pukul 11:00.


Bertepatan dengan hari Jumat maka kami harus berhenti untuk melaksanakan sholat Jumat sebelum melanjutkan perjalanan menuju CV.Makmur Jaya yakni galangan kapal yang memproduksi kapal yang terbuat dari bahan fiber. Lokasi CV.Makmur Jaya yakni di Dusun Brak Desa Banjarsari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Probolinggo. Disambut hangat oleh pemilik galangan kapal yakni Bapak Suyuti kami meneruskan untuk berdiskusi mengenai galangan kapal tersebut. Jumlah karyawan yang bekerja di CV.Makmur jaya berjumlah 35 pegawai, 30 pegawai di bagian produksi dan 5 pegawai di bagian administrasi. Tidak main-main, galangan yang dimiliki oleh Bapak Suyuti yang notabene bukan sarjana teknik perkapalan mampu untuk membuat kapal nelayan sampai 300 kapal per tahun dengan omset lebih dari 7 Milyar rupiah. Setelah diskusi selesai kami dijamu makan siang dan diakhiri dengan foto bersama.